Ikhtiar untuk merawat dan mencapai masyarakat bangsa yang bersatu, berdamai, dan untuk membangun bangsa terus menjadi cita-cita ‘Aisyiyah sejak awal berdirinya. Hal dikemukakan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini dalam Perempuan Mengaji yang digelar oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah pada Sabtu (27/08/2022).
Dalam Perempuan Mengaji edisi Agustus yang bertemakan “’Aisyiyah Menebar Kedamaian Hidup Bermasyarakat” ini Noordjannah menyampaikan kontribusi Muhammadiyah ‘Aisyiyah bagi persatuan bangsa sudah terbukti sejak sebelum Indonesia merdeka. “Muhammadiyah ‘Aisyiyah bercita-cita bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang tetap kehidupannya berdasar nilai-nilai kehidupan beragama di Sila pertama tapi kehidupan kemasyarakatan dengan keragaman terawat dengan baik sehingga tercipta kehidupan masyarakat dengan keragaman yang luar biasa dan dasar nilai agama, orang bisa hidup berdampingan,” terangnya. Nilai agama dijelaskan oleh Noordjannah diyakini oleh ‘Aisyiyah Muhammadiyah dapat membawa kehidupan ini dengan lebih baik menuju konteks kesejahteraan bermasyarakat dan berbangsa.
Salah satu upaya yang dilakukan ‘Aisyiyah untuk merawat dan menguatkan perdamaian disebut Noordjannah adalah melalui implementasi kegiatan dan amal usahanya. “’Aisyiyah organisasi yang sangat amat besar, yang tidak saja dilihat dari jumlah anggota tapi justru kebesaran itu karena luasnya amal kegiatan yang dilakukan.”
Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menyebutkan salah satu amal usaha ‘Aisyiyah yakni di bidang pendidikan. Menurutnya melalui pendidikan ‘Aisyiyah mampu berkontribusi dalam menumbuhkan generasi yang bisa membangun perdamaian di masyarakat. “Mari kita kuatkan, kita rawat amal usaha kita termasuk amal usaha PAUD, dari situlah kita merawat dan menyiapkan kehidupan masyarakat yang dimulai dari anak-anak kita yang bisa membangun perdamaian di masyarakat.” Anak-anak generasi bangsa menurut Noordjannah perlu diberikan bekal menyongsong masa depan yang diantaranya adalah bekal ilmu, bekal keimanan, dan bekal akidah.
Lebih lanjut Noordjannah menyampaikan, berbagai kegiatan yang dilakukan ‘Aisyiyah melalui majelis lembaganya seperti paralegal ‘Aisyiyah melalui Majelis Hukum dan HAM, maupun layanan BIKKSA melalui Majelis Tabligh merupakan bagian dari instrumen ‘Aisyiyah menebar perdamaian. Noordjannah meminta segenap pimpinan dan warga ‘Aisyiyah untuk terus berupaya melakukan berbagai inisiasi dalam mewujudkan usaha perdamaian ‘Aisyiyah ini. “Kita harus terus menginisasi, berpartisipasi, sampai memberikan solusi karena merawat, mengembangkan, menebar perdamaian adalah bagian dari dakwah dan hidup damai memerlukan ikhtiar dari semua orang,” tegasnya.
Semua upaya tersebut harus terus dilakukan ‘Aisyiyah yang kesemuanya adalah untuk mewujudkan Indonesia yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur dan juga merupakan implementasi dari agama Islam yang merupakan Rahmatan lil’ Alamin. “Jangan bosan-bosan warga ‘Aisyiyah untuk terus memperjuangkan kehidupan yang lebih baik, Indonesia menjdi Indonesia yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur, mewujudkan kerahmatan agama kita menjadi Rahmatan lil’ Alamin.”
Ketua Majelis Tabligh, Cholifah Syukri dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa tradisi keilmuan ‘Aisyiyah sudah ada sejak awal pendiriannya. Selayaknya tradisi keilmuan ini menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat dan membawa dampak bagi kehidupan Indonesia yang damai, tentram, dan sejahtera. Terlebih di tengah perubahan di masyarakat yang semakin kompleks Cholifah mengajak warga ‘Aisyiyah untuk terus memberikan solusi terbaik bagi bangsa Indonesia. “Perubahan dalam konteks sosial, orientasi pemikiran, dan perubahan masyarakat yang begitu kompleks menjadi tantangan bagi ‘Aisyiyah untuk menjadi solusi terbaik dalam masyarakat sesuai posisi dan peran ‘Aisyiyah.” (Suri)