Indonesia masih bergulat dengan ketimpangan dan ketidakadilan. Jurang antara rakyat dan elit politik terasa lebar. Pernyataan wakil rakyat yang menyebut penghasilan Rp3 juta per hari sebagai jumlah kecil[1] justru menambah luka. Padahal, bagi banyak keluarga, jumlah itu adalah penghasilan sebulan yang harus diatur dengan cermat.
Sejak awal, para pendiri bangsa merumuskan Republik ini bukan untuk segelintir orang. 60 anggota BPUPKI meski berasal dari kalangan terdidik dan ningrat[2], visi mereka jelas bahwa Indonesia merdeka untuk seluruh rakyat, baik kaya maupun sederhana. Semangat inilah yang harus terus diwariskan.
Berikut adalah program pro-rakyat yang sebenarnya sederhana dan seharusnya diprioritaskan:
- Hidup sehat. Ketika sakit, rakyat ingin segera ditolong. BPJS diharapkan menjadi solusi yang ramah, bukan birokrasi yang rumit.
- Tumbuh cerdas. Pencegahan stunting dengan pangan bergizi, terutama protein, mesti jadi prioritas. Pendidikan tinggi pun semestinya terjangkau semua kalangan.
- Sejahtera. Upah layak menjadikan keluarga hidup terhormat.
- Bansos tepat guna. Bantuan sosial murni untuk rakyat, bukan alat politik.
- Keteladanan. Pemimpin yang beradab dan memberi teladan baik adalah dambaan rakyat.
Di titik inilah peran perempuan, khususnya dalam dakwah Aisyiyah, menjadi penting. Perempuan bukan sekadar penopang keluarga, melainkan agen perubahan sosial. Sejak awal berdiri, Aisyiyah membawa dakwah yang membumi dengan mengangkat derajat perempuan,[3] memajukan pendidikan[4], dan menegakkan keadilan sosial.[5]
Perempuan, terutama seorang ibu, paling memahami harga sembako, biaya sekolah, kesehatan anak, dan ongkos hidup sehari-hari. Suara perempuan adalah cermin kebutuhan dasar bangsa. Melalui majelis pengajian, sekolah, rumah sakit, dan kegiatan sosial, Aisyiyah membuktikan bahwa dakwah bukan hanya soal mimbar, tetapi kepedulian nyata kepada rakyat.
Dalam keluarga, perempuan menjadi madrasah pertama yang menanamkan kejujuran, empati, dan keberanian pada anak. Dalam masyarakat, perempuan mengingatkan pemimpin agar tidak lupa diri. Serta dalam organisasi, perempuan Aisyiyah hadir sebagai kekuatan moral yang memperjuangkan keadilan.
Keadilan adalah fondasi persatuan. Tanpanya, persaudaraan sejati mustahil tercipta. Karena itu, perjuangan perempuan melalui dakwah Aisyiyah adalah bagian dari upaya menghadirkan kembali cita-cita awal NKRI yaitu kesejahteraan merata, bangsa yang sehat, cerdas, dan beradab.
Kini saat rakyat menanti perubahan nyata, perempuan Aisyiyah memegang peran penting. Mereka mengingatkan bahwa pembangunan bukan sekadar angka di atas kertas, tetapi soal martabat manusia dengan mewujudkan keluarga yang bisa makan layak, anak yang bisa sekolah tinggi, dan warga yang diperlakukan adil.
Republik ini berdiri untuk semua. Lewat dakwah perempuan yang konsisten, cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa terus diperjuangkan.
Author:
Febria Anisaningrum
Divisi Dakwah Digital dan Komunitas
Majelis Tabligh dan Ketarjihan PDA Kota Malang
[1] Klaim “gaji DPR Rp 3 juta per hari” merujuk pada kontroversi tahun 2025—angka itu adalah estimasi atas total penerimaan DPR secara bulanan (Rp ~90 juta), dibagi 30 hari. Gaji pokok DPR menurut PP No. 75 Tahun 2000 adalah Rp 4,2 juta per bulan; total penghasilan (inkl. tunjangan) sebelum pemangkasan pernah mencapai lebih dari Rp 104 juta–Rp 230 juta per bulan, Sumber: Wikipedia Bisnis.com detikcom Beautynesia.
Setelah desakan publik (gerakan 17+8 pada Agustus–September 2025), DPR memangkas take-home pay menjadi sekitar Rp 65–66 juta per bulan. Sumber: Bisnis.com Wikipedia.
[2] Muljadi, Konsep Legislatif di Indonesia Menurut Syariat Islam, Indigo Media, Tangerang, 2020, hal. 77
[3] Aisyiyah sejak berdiri pada 1917 sudah bergerak dalam pemberdayaan perempuan, terutama lewat pendidikan dan penguatan peran publik. Lihat Profil Aisyiyah – aisyiyah.or.id
[4] Perintisan TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA), program pemberantasan buta huruf, dan majalah Suara Aisyiyah sejak 1926 merupakan bukti fokus Aisyiyah pada pendidikan perempuan. (aisyiyahwng.or.id – Sejarah Aisyiyah)
[5] Visi Aisyiyah adalah “tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” dengan semangat dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid (pembaruan), yang menjadi landasan gerakan keadilan sosial. (aisyiyahwng.or.id – Sejarah Aisyiyah)