Menapaki Senja, Al-Quran yang Menjaga. Pencegahan Demensia Setelah Menopause

pencegahan demensia setelah menopause

Masa senja merupakan waktu dimana cahaya mulai meredup dan langkah-langkah melambat menuju istirahat. Begitu pun masa tua yang kerap disebut masa senja. Putihnya rambut, kulit yang keriput, bahkan emosi yang mungkin sulit surut menjadi pengingat bahwa pada usia lanjut manusia akan menjadi lemah dan dikembalikan seperti awal kejadiannya.

Apa Yang Terjadi Setelah Menopause?

Bagi seorang wanita menopause bukan sekadar akhir dari siklus menstruasi, melainkan sebuah fase krusial dalam hidup yang menjadi penanda memasuki masa senja. Penurunan hormon esterogen yang drastis menyebabkan berbagai perubahan fisiologis dan psikologis yang kompleks. Gangguan suasana hati, gangguan tidur, hingga gangguan pada fungsi kognitif dan memori dapat terjadi akibat dari perubahan tersebut.

Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. An-Nahl ayat 70 yang artinya:

 “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”.

Demensia merupakan suatu kumpulan gejala penurunan fungsi otak secara progresif yang mempengaruhi ingatan, cara berpikir, serta kemampuan berkomunikasi dan beraktivitas. Data internasional mencatat lebih dari 60% penderita demensia merupakan wanita dan mayoritas penyebabnya adalah proses neurodegeneratif atau penuaan. Meski demensia menjadi tantangan nyata di usia lanjut, namun banyak hal yang dapat diusahakan sebagai pencegahan.

Pencegahan Demensia Setelah Menopause

pencegahan demensia setelah menopause

Salah satu aktivitas yang secara ilmiah terbukti berperan dalam pencegahan penuaan otak adalah menghafal Al-Qur’an. Studi-studi terbaru menyebutkan bahwa proses yang melibatkan repetisi (pengulangan berkali-kali), fokus, dan pemahaman makna secara tidak langsung melatih otak untuk bekerja lebih optimal.

Aktivitas tersebut selain meningkatkan konektivitas antarsaraf otak untuk kemampuan berpikir, juga mampu merangsang area otak yang berperan dalam memori jangka panjang dan pemrosesan bahasa.

Sebuah penelitian terbaru mencoba membandingkan struktur otak para penghafal Al-Qur’an dengan yang bukan, melalui pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Didapatkan perbedaan signifikan dimana volume otak membesar sebanding dengan semakin banyaknya yang dihafal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebiasaan menghafal Al-Qur’an sedini mungkin yang dilakukan secara konsisten dapat mencegah terjadinya atrofi otak atau penyusutan jaringan otak yang umum terjadi seiring bertambahnya usia dan merupakan salah satu faktor resiko utama demensia.

Selain itu, proses menghafal Al-Qur’an juga membawa dampak positif terhadap emosi dan spiritual yang secara langsung dapat mengurangi stress dan kecemasan. Dalam QS Yunus ayat 57  yang artinya:

“Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin”.

Allah-lah yang menciptakan manusia dan juga Al-Qur’an sebagai pendamping di setiap fase kehidupannya. Menua adalah fitrah yang tak dapat dielakkan, namun kualitasnya adalah ikhtiar yang patut diupayakan. Dan diantara bekal terbaik dalam menapaki senja kehidupan adalah dengan bersahabat dengan Al-Qur’an. Wallahua’lam bish-showab.

Oleh : 

Ulfia Safitri, seorang dokter umum dan bagian dari Bidang Sosial Kesehatan PDNA Kota Malang.

Picture of admin

admin

Leave a Replay