“Manusia semua mati (seperti orang tidur) kecuali para ‘ulama (yang ingat bahaya siksa Allah), dan para ulama bingung (menghawatirkan dirinya sendiri takut disiksa di neraka) kecuali orang yang telah beramal. Tetapi orang yang telah beramal (masih takut disiksa di neraka) kecuali orang yang beramal dengan ikhlas.”
Adalah pesan dari K.H. Ahmad Dahlan tentang keikhlasan yang disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Shoimah Kastolani dalam kegiatan Penguatan Implementasi Social Protection dan GACA Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) 2022 Regional 2 pada (20/2/22). Pesan K.H. Ahmad Dahlan tersebut menurut Shoimah menggambarkan betapa keikhlasan menjadi salah satu poin penting bagi seseorang dalam beramal saleh. “Insya Allah ibu-ibu di MKS mengerjakan tuga MKS dengan bergembira, memang ber-‘Aisyiyah itu harus gembira supaya awet muda,” ujar Shoimah.
Dalam pemaparannya, Shoimah menyebut bahwa keikhlasan adalah merupakan salah satu dari nilai kepribadian yang harus dimiliki seorang pemimpin, termasuk para pemimpin di ‘Aisyiyah. Nilai lainnya adalah nilai profesionalisme, dan nilai transformatif.
Nilai-nilai profesionalisme disebut Shoimah adalah keahlian yang berstandar tinggi. “Dengan standar tinggi mengerjakan sesuatu dengan kesungguhan yang dilandasi kebutuhan bersama,” jelasnya. Kemudian ruhnya adalah tauhid, “Almuroqobah” merasa terawasi oleh Allah, dan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. “Ruh kerja yang profesional itu tauhid karena merasa diawasi oleh Allah sehingga tidak bermain-main dalam melaksanakan kegiatan untuk ‘Aisyiyah karena kita akan mempertanggung jawabkan untuk Allah,” tegasnya.
Bekerja dengan profesional juga harus dibarengi dengan etos kerja. Etos kerja tersebut menurut Shoimah adalah niat, semangat, motivasi untuk akhirat, usaha dengan kesungguhan, dan cara atau memiliki strategi sehingga kerjanya akan optimal dan bernilai tambah. “Kita niatkan di ‘Aisyiyah untuk beribadah memajukan ‘Aisyiyah, bukan kepentingan pribadi.”
Lebih lanjut Shoimah menjelaskan kepribadian berikutnya yakni kepemimpinan yang transformatif. Di mana pemimpin perempuan berkemajuan harus menjadi pemimpin yang transformatif yang dicirikan tigal hal. Pertama, Agen perubahan yang mengubah sistem ke arah yang lebih baik. Kedua, Visioner memiliki gambaran holistik tentang bagaimana memimpin masyarakat di masa depan. Ketiga, Memiliki keahlian analisis, meluangkan waktu dan mencurahkan perhatian untuk memecahkan masalah.
Shoimah berharap keperibadian tersebut dapat diterapkan oleh para pimpinan di ‘Aisyiyah untuk dapat terus memajukan gerakan dakwah ‘Aisyiyah. “Sehingga kita menjadi insan-insan yang merubah segala sesuatu ke arah yang lebih baik,” tandasnya. (Suri)